Monday, October 15, 2012

Gadis - Hujan (A New Beginning)


Gadis sebenarnya tidak menyukai hari ini. Udara terasa sangat panas dan tidak menyenangkan. Tapi sepertinya apa yang dirasakan oleh Gadis tidak dirasakan oleh orang lain. Banyak sekali orang berkumpul di taman untuk bermain dan bersenang-senang. Wajah mereka menyiratkan senyum, tawa dan kegembiraan. Hal yang tidak bisa Gadis rasakan saat ini, tapi ia ingin merasakan apa yang orang lain rasakan. Gadis menatap ke arah langit lalu memicingkan matanya saat melihat sinar matahari yang sangat terik.

Entah mengapa, sejak pertama kali melihat Matahari, Gadis tidak begitu menyukainya. Bagi Gadis, Matahari itu tidak bisa dipercaya. Sampai dengan saat ini ia tidak mengerti mengapa semua orang, ya... semua orang di sekitar Gadis sangat menyukai Matahari. Matahari memang hangat, tapi kenapa ia harus hangat kepada semua orang? Tidak bisakah ia memberikan kehangatan itu hanya kepada orang-orang tertentu? Orang-orang yang mau menerima kehangatannya. Dan orang itu bukan Gadis.

Di tengah-tengah gerutu dan kemarahan Gadis, tiba-tiba muncul dua orang pria di tengah kerumunan yang menangkap perhatian Gadis. Dua orang pria yang sedang bercanda dan tertawa di tengah kerumunan orang-orang yang sedang menikmati sinar matahari. Pemandangan tersebut tentu saja semakin membuat Gadis heran. Mengapa bisa ada orang yang terlihat sangat bahagia saat Matahari bersinar sangat teriknya?

Gadis terus menatap dari kejauhan perilaku kedua pria tersebut. Tidak ada yang spesial dengan kedua pria itu. Hanya saja Gadis memang sedang membutuhkan pengalih perhatian dan kedua pria itu sangat merupakan pengalih yang tepat. Namun mata Gadis hanya tertuju pada satu arah. Pada pria di sebelah kanan.

Pria itu berpenampilan biasa saja bahkan cenderung tidak menarik. Dari tatapan matanya terlihat bahwa ia adalah orang yang dingin dan tidak bersahabat. Namun semakin Gadis berusaha melepaskan pandangan dari pria itu, semakin sulit Gadis berpaling.

Gadis terus memperhatikan pria di sebelah kanan, karena entah karena sihir apa, Gadis benar-benar tidak bisa melepaskan tatapannya dari pria itu. Sesaat mereka sempat bertukar pandangan dan sesuatu yang aneh terjadi. Perasaan dingin namun bersahabat merayap masuk ke dalam dada Gadis. Matahari masih berada diantara mereka, namun bagi Gadis hanya ada perasaan sejuk dan menenangkan. Dalam hatipun Gadis tahu, Matahari memang masih bersinar terang, namun hal itu tidak untuk waktu yang lama.

Tiba-tiba pria disebelah kiri berhenti dan membisikkan sesuatu pada pria di sebelah kanan yang membuat tatapan matanya beralih dari Gadis. Pria di sebelah kanan mengangguk dan memejamkan mata sebentar. Tiba-tiba saja sinar matahari meredup dan langit berubah kelam. Semua orang menatap ke perubahan langit dan berhenti bermain, tak terkecuali Gadis. Gadis menatap langit yang berubah menjadi kelabu.

Saat titik-titik hujan mulai membasahi bumi, semua orang segera berlari mencari perlindungan. Semua orang, kecuali Gadis. Gadis menengadahkan kepalanya ke langit. Awan kelabu telah menyelimuti langit. Gadis tersenyum dan merasakan tiap tetesan air hujan membasahi wajahnya.  Perasaan kesal dan marah Gadis seketika luntur seiring dengan mulai turunnya rintik-rintik hujan.

Pria di sebelah kanan: Sebaiknya kamu mencari tempat berteduh.
Gadis: (menggeleng) aku lebih suka di sini. Aku suka hujan.
Pria di sebelah kanan: tapi kamu bisa sakit kalo di sini.
Gadis: setelah sekian lama aku merindukan hujan, aku nggak mau melewatkan momen seperti ini. Aku ingin terus bersama dengan hujan.
Pria di sebelah kanan: kamu kenal dengan sang hujan?
Gadis: nggak. Tapi dia selalu menemaniku di saat-saat sedihku. Dan karena hujaaannnn....
Pria di sebelah kanan: karena hujan??
(seketika itu,hujan turun sangat lebatnya, membuat Gadis dan Pria itu basah kuyup dengan cepatnya).
Gadis: hujan membantuku menyembunyikan air mataku. Jadi nggak ada orang yang akan tahu kalau aku sedang menangis di bawah guyuran hujan.
Pria disebelah kanan: (menatap Gadis dengan heran) boleh aku tahu namamu?
Gadis: (tersenyum sambil menyeka wajahnya yang basah oleh air hujan) Namaku Gadis Hujan.

Friday, October 12, 2012

Sepenggal Kenangan di Masa SMA

* This poem belongs to my senior high school mate. Her name is Sheila. She made this poem just for fun, but I found this poem sooooo deep and meaningful. I used this poem on one of my unpublished short story :)

AKHIRNYA

Jika tak hendak jiwa ini bernyawa
Andai rapuh bibir ini bicara
dan bila beku hati ini 'tuk merasa
Mungkin tak 'kan begini akhirnya

Akhirnya semua ini ada untukku
Akhirnya kudapat merasakannya
Hal yang dulu sempat kupertanyakan
Tepian lirik cintaku t'lah membawaku
ke surga...

Izinkan aku berikrar satu saja
Aku tak 'kan mendusta
Aku suka rasa ini
Aku benci jika ini hilang

Aku ingin rasa ini selalu ada
hingga nanti
Saat kabut tebal telah menepis
terang di hati
Dan menghilangkan cinta dari mataku

Made by Shaila Galih Oktariza
Jakarta, 2004